13 Jan 2014

Curhat Tante Elsa



Catatan Tante Elsa :

* Sabtu 21 Desember 2013, Dija menerima rapor pertamanya. Saat itu, Gurunya Dija sempat bercerita bahwa dua minggu terakhir ini, Dija kurang ekspresif di sekolah, kurang bersemangat, dan entah kenapa jadi pendiam, beda dari biasanya yang ceria. Beliau sempat bertanya, apakah ada sesuatu di rumah sehingga Dija berubah. Aku jadi bingung sendiri, karena dua minggu Dija di rumah, semuanya baik baik saja. Dija ceria seperti biasa dan sama sekali tidak ada perubahan. Akhirnya karena masih menjadi misteri, maka Gurunya memberiku PR untuk menanyai Dija tentang apa yang terjadi. Sayangnya, setelah penerimaan rapor, Dija berlibur ke rumah ayahnya selama dua minggu. Aku jadi tidak bisa bertanya pada Dija. Tapi menurut laporan, selama berlibur, Dija sangat ceria dan baik baik saja. Maka aku simpulkan, tidak ada masalah apa apa.

* Senin 6 Januari 2014, hari pertama masuk sekolah setelah liburan. Dija tampak kurang bersemangat, aku pikir itu karena sindrom liburan, yang terbiasa bangun agak siang, sekarang harus bangun pagi untuk sekolah. Tapi Dija termasuk gampang bangun pagi, mandi pagi (makan pagi tetep susah). Pakai seragam juga masih semangat. Tapi begitu hendak berangkat, Dija tiba tiba kurang semangat. 
Sepulang sekolah, Bu Guru bercerita padaku, bahwa Dija menangis di sekolah. Aku terkaget kaget, ada apa gerangan. Bukankah selama ini sekolah adalah hal yang menyenangkan baginya? 
Aku dapat PR lagi untuk menginterograsi Dija, kenapa nangis di sekolah.


* Selasa 7 Januari 2014, Dija menikmati harinya. Ceria seperti biasa. Aku belum berhasil mendapatkan jawaban darinya, kenapa menangis di sekolah. Setiap ditanya, Dija jawab "Gak tau" sambil ketawa ketawa.

*Rabu 8 Januari 2014, Masuk sekolah lagi. Dija bener bener males ketika mau berangkat. Seperti berat banget. Sama sekali tidak semangat. Tapi tetep sekolah. Dan pulang sekolah, Bu Guru lagi lagi bercerita kalo Dija menangis lagi di sekolah, kali ini lebih lama dari hari senin yang lalu. Aku semakin bingung. Ada apa gerangan..... karena begitu nyampe rumah, Dija ceria lagi. Ketika ditanyain, kenapa kok nangis, Dija lagi lagi jawab "Gak tau".

* Kamis 9 Januari 2014, aku tidak bertemu Dija seharian karena harus ke Solo. 

* Jumat 10 Januari 2014, Waktunya masuk sekolah lagi. Dija lebih malas dari biasanya. Tapi semua persiapan dilaluinya. Hingga saatnya mau berangkat sekolah, Dija menitikkan air mata, aku memeluknya. Bertanya ada apa. Dija diam dan menangis. Aku mengajaknya berangkat sekolah, Dija malah menangis lebih keras. Masih dalam tangisannya, aku bertanya pelan pelan berkali kali. "Apakah ada teman yang nakal di sekolah?", Dija awalnya diam dan menangis terus. tapi aku bertanya lagi dan lagi. Akhirnya Dija mengangguk, masih menangis di pelukanku. Aku pun bertanya lagi, "Siapa yang nakal?" tapi Dija tidak mau menjawab. Aku kemudian menyebutkan satu persatu nama teman sekelasnya..... beberapa kusebutkan namanya, Dija menggeleng. Kemudian sampai pada satu nama, Dija mengangguk. Aku meneruskan menyebut nama teman-teman sisanya, dan Dija menggeleng. Jadi memang sudah ketemu satu nama terduga yang membuat Dija tak nyaman di sekolah. 

Aku berusaha menginterograsinya lebih lanjut, kenapa Dija merasa tidak nyaman dengan satu nama itu, apakah Dija pernah disakiti, apakah dipukul, bertengkar biasa atau yang lain... Dija larut dalam tangisnya tak mau menjawab. Aku mengontak Gurunya, menceritakan semuanya dan Gurunya bilang, sebaiknya tetap Setelah dibujuk bujuk sedemikian rupa, termasuk janjiku untuk menungguinya di sekolah, dan di antar oleh segenap keluarga, akhirnya Dija mau berangkat. Hari itu, kami beramai ramai mengantar Dija ke sekolah.

Sepanjang perjalanan, Dija tidak menangis. Aku ajak ngobrol sudah mau. Tapi begitu mendekati sekolahnya, Dija menangis lagi dengan kerasnya. Air matanya membanjir, pipinya basah, jilbabnya juga basah. Aku meng
gandeng tangannya hingga ke gerbang, menyerahkan ke gurunya. Dan Bu Gurunya memeluk Dija erat erat. 

Jangan tanya perasaanku, sejak dari rumah aku menahan tangis. Gak tega melepas Dija yang begitu emosional menunjukkan ke enggan annya ke sekolah. dan pagi itu, aku sudah stand by di sekolah Dija sejak jam 9. Saat istirahat, Dija tersenyum melihatku dari jauh, Dia sudah tenang, dan sudah mau bermain sama dengan sahabatnya, Mbak Vani.

15 menit menjelang waktu pulang, Aku mengobrol ria dengan salah seorang mama dari teman sekelasnya Dija. Si Mama tadi melapor padaku, anaknya kemaren bercerita bahwa Dija hari rabu menangis lama karena dipukul oleh si satu nama terduga itu. Serasa mendapat petunjuk dari misteri yang sudah lama belum terpecahkan, hari itu semuanya tiba tiba terkuak. Sayangnya, sampai sekarang aku belum tau, bagaimana pemukulan itu terjadi, dan apanya Dija yang dipukul sehingga Dija begitu traumanya.

Saat pulang, Bu Guru bercerita padaku, bahwa beliau hari itu sudah berusaha mendamaikan satu nama terduga dengan Dija, berusaha mendekatkan mereka berdua, dan berusaha memberi pengertian pada Dija agar tidak perlu takut lagi pada temannya itu. 

Yo wes lah, kita lihat saja perkembangannya....

* Sabtu dan minggu setelahnya... Dija baik baik saja di rumah, Ceria tidak ada masalah, bermain seperti biasanya. Hanya saja saat aku mengungkit tentang sekolah, Dija jadi tidak bersemangat. Sesuai saran Bu Guru, aku mencoba mengiming-imingi reward. Melihat Dija ingin main ke Taman KebonRojo untuk membeli keong warna warni, maka aku bilang kalo di sekolah gak nangis lagi, nanti aku ajak kesana sepulang sekolah. Dija sedikit lebih bersemangat.

* Senin 13 Januari 2014. Bangun pagi dan mandi pagi, lancar jaya. Pakai baju, sisir rambut, juga gak ada masalah. Makan pagi gak mau. Semua sudah siap, begitu mau berangkat sekolah.... sudah pakai jilbab dan sudah pakai sepatu, Dija malah memelukku dan menangis lagi. Aku benar benar tidak tega. Jadi sediiiiiiiiih banget.... kenapa anakku jadi trauma begini. Separah apa kejadian di sekolahnya.....

Aku tetap mengantarnya ke sekolah. Kami berdua saja, naik mobil. Aku menyetir, dan dija di sampingku sambil menangis terus sepanjang perjalanan. Aku berusaha menahan tangis juga.... berusaha sekuat tenaga membesarkan hatinya, menyemangatinya, dan berkata semua akan baik baik saja... berpesan ini itu... tapi Dija tetap menangis. Dija tetap enggan melepas tangannku... tapi Bu Lilik, gurunya Dija sudah siap menyambutnya dengan pelukan. 

Melihatnya berjalan masuk ke sekolah rasanya berat dan menyesakkan dada....
aku menangis sendirian dalam perjalanan pulang.....

* Postingan ini ditulis sepulang mengantar Dija berangkat sekolah. Sebentar lagi Aku akan meluncur ke sekolah Dija, agar saat waktunya dija istirahat nanti, dia bisa melihatku dari kejauhan, semoga itu bisa menentramkan hatinya. Aku sih sedikit lebih tenang, karena memandang sebenarnya ini adalah masalah sepele. namanya juga anak anak, bertengkar itu biasa. Tapi bagaimana cara orangtua dan Guru mengatasinya, itu yang bisa menjadi masalah jika penanganannya tidak tepat. Karena trauma ini akan diingat seumur hidup.... bagaimana kami (aku dan gurunya Dija) mengatasi trauma nya itu lho yang tidak mudah...

Semoga hari ini Dija bisa melalui sekolahnya dengan menyenangkan dan penuh semangat.

hiks....

teman-teman blogger yang mempunyai pengalaman serupa, yuk sharing.....

34 comments:

  1. aduh kasian dija jadi korban bully di sekolah ya....
    repot juga ya kalo dija gak mau cerita masalahnya gimana...
    kayaknya satu2 nya cara ya mesti terus ditanya2 terus sampe moga2 dija mau cerita duduk masalahnya gimana. atau mungkin bisa ngajak orang tua si anak terduga untuk bekerja sama? ortunya suruh tanya ke anak terduga itu juga?

    ReplyDelete
    Replies
    1. apa bertengkar biasa juga termasuk bully ya???
      iya, satu satunya cara ya harus lebih sering menanyai dija apa yang dia lakukan di sekolah

      Delete
  2. Kasihan adek Dija dijahatin di sekolah.. :(

    Cerita aja ke Tante Elsa, Dek.. Ceritain ke Ibu Guru juga. Jangan dipendam sendiri ya..

    ReplyDelete
  3. Jangan bosan untuk terus ngobrol sama gurunya Dija, supaya Dija merasa nyaman dan aman di sekolah. Bilangin juga ke Dija, kalau di isengin lagi, langsung lapor bu Guru. Tapi memang sih, ngga semua anak berani bilang, kayak Fauzan juga dulu begitu :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bu... memang tampaknya harus sering srring dan tak pernah bosan mengajak dija ngobrol ya..
      Fauzan sama Dija kayaknya setipe ya

      Delete
  4. Wah kalo sampai trauma gitu kasihan bgt ya mbak.. Semoga bisa segera selesai masalah n traumanya.. aamiinn ^^

    ReplyDelete
  5. Kasihan ya kalau sampai trauma begitu, semangat mbak Elsa buat mencari dan memecahkan permasalahannya ya,

    ReplyDelete
  6. Mba Elsa, sedih banget yang bacanya, sepertinya Dija trauma banget sampe kayak gitu :(

    Dijaaa.... semoga lekas ceria lagi seperti biasanya ya sayaaang *peluuuk*

    ReplyDelete
  7. :( :( :(

    Dija sayang ayo cerita ke tante elsa atau ke ibu guru yaa.. Nanti dibantuin buar dija semangat lagi..

    ReplyDelete
  8. Harus segera diatasi mbak maslahnya soalnya kasihan dijanya lho merasa ketakutan dan juga tertekan ,,
    Semoga dijja bisa kembali bersemangat sekolah lagi ya mbak ,

    ReplyDelete
  9. Mbak Elsa sudah coba komunikasi dengan orangtuanya anak yang memukul Dija? Mungkin lebih baik kalau semua pihak berusaha mendamaikan, baik dari pihak Dija, gurunya, maupun pihak anak itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sarannya...
      tapi saya pikir, apa nggak lebay ya...namanya juga anak anak.

      Delete
  10. Kasian Dija ya..mungkin setelah dilaporkan Bu guru, biar Bu Guru dulu yang kasih tau orangtua anak itu Elsa..dulu, fai juga begitu..ada satu anak yang luar biasa nakalnya..yang badannya besarpun dia gak gentar, Fai yang kecil sering dibully...Bu guru yang jadi mediator ke orangtua anak itu, sambil dipesankan orangtua murid untuk lebih mengawasi anak2 didlm kelas.....kalau dulu karena co sama co, Ibunya 3 boys ngajarinnya, kalau dipukul duluan balaslah biar kamu gak dipukul terus2an, tapi kamu gak boleh duluan memukul..(kalu yang pukul2an itu cocoknya buat cowok sie ya)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe iya, kalo cowok sama cowok kayaknya lebih gampang ya, bisa dididik untuk bales memukul, asal jangan mukul duluan.
      lha kasus dija, ini cewek vs cewek, hehehehhehee

      alhamdulillah gurunya sangat mudah bekerja sama kok Bu
      jadi gak kuatir lah Dija ga diperhatiin di kelasnya
      ssemoga aja Dija cepet sembuhnya

      Delete
  11. Kasian Dija, itu mungkin temenya si Dija belum tau kali mba kalau papanya Dija brewokan. Mungkin perlu sesekali diantar atau ditemani papanya ke sekolah?

    ReplyDelete
  12. Waaa Dija... kasian... semoga Dijanya mau cerita ya...
    Adek aku dulu mogok sekolah, kayaknya karena dibully juga gatau deh, bener-bener gamau jawab :| Dan udah SMP :|

    ReplyDelete
    Replies
    1. wuiiih ngeri kalo udah taraf SMP yaa
      pasti itu bully beneran.

      kalo taraf nya Dija, kayaknya sih bukan kasus bully
      hanya pertengkaran biasa aja gitu

      susah emang gak mau ngomong, gak mau cerita saking tertekannya
      yaa sebagai keluarga kita tetep harus kasih tau kalo mereka korban bully ini gak sendirian yaa...

      Delete
  13. hmm, bisa sampai ngga mau sekolah ya krn dipukul.. semula saya pikir, cobain blg ke bu guru utk suru dija n anak itu bermain dalam tim (yg ngga bersaing). biar bisa kerjasama gitu.. jadi kan mungkin bisa temenan lagi.. main boneka bareng misalnya..tapi harus pelan2 sih, soalnya mungkin dija liat anak itu aja langsung nangis.. semangat mba..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah Tante Meutia....

      Bu Gurunya Dija sudah coba mendamaikan, sudah coba menyatukan agar mereka berdua mau bermain bersama. Kayaknya memang butuh waktu lebih lama buat Dija untuk mau main lagi sama temannya itu....

      yaah anak kan beda beda, masing masing punya ke-special-an nya sendiri sendiri....

      semoga setelah ini, Dija jadi anak yang lebih tangguuh

      Delete
    2. atau suruh ibu guru minta si anak itu kasih hadiah ke dija.. kasi boneka gitu.. jadi mulai muncul pikiran kalo si temennya anak baik.. hehe

      Delete
  14. kalau Dija sampai takut gitu, si anak itu mungkin agak berbeda dgn yg lain dari sisi emosionalnya, sebaiknya guru bisa beri pengawasan khusus...
    so buat Dija...bilang om ya klu ada yg ganggu lagi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah kok Om...

      Gurunya Dija sangat kooperatif, sangat enak diajak bekerja sama, dan bersedia memberikan perhatian lebih untuk kejadian ini.

      Delete
  15. Mbak Elsa saran saya sih minta pindah kelas aja Dija nya. Paling enggak Dija kan ga satu ruangan sama anak yang nge-bully itu. Atau kalo mbak khawatir sama psikis nya Dija, ada baiknya dibawa ke ahlinya, psikolog. Supaya ga trauma berkepanjangan nantinya. Kasian kan kalo ke depannya nanti jadi tambah bermasalah. Jangan ragu untuk bawa anak kita ke psikolog karena pergi menemui psikolog itu BUKAN berarti kita GILA! Ini hanya saran saja mbak, boleh dilakukan/tidak. Terserah pada orangtua itu sendiri. Kalau sekiranya masih bisa ditangani sendiri ya monggo. Tak ada paksaan.
    Semoga masalahnya Dija cepet selesai ya mbak. Dan Dija bisa kembali ceria lagi di sekolah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini bukan bully kok
      cuma pertengkaran anak anak biasa
      seiring waktu kayak nya dija juga pasti bisa memaafkan temannya itu

      namanya anak anak umur segitu, masa iya sudah ada niatan mem bully....
      kayaknya gak ada deh.

      Dija nya aja juga terlalu "lembut" kayaknya
      kaget dengan kehidupan di luar rumah.

      semoga dija bisa lebih tangguh setelah kejadian ini

      Delete
  16. sudah tepat mbak komunikasi dengan guru. Sekecil aapun kenakalan anak harus segera dihentikan karena kalau didiamkan nanti lama2 akan berlanjut. Smeoga Dija semangat lagi ya

    ReplyDelete
  17. dija ga bisa di gali biar cerita lebih jauh mba?
    ditanya perasaannya, kenapa harus takut,dll gitu mba..
    coba terus dikasih pengertian aja mbaa, kalau temannya mungkin tidak sengaja dan sudah minta maaf, jadi dija harus memaafkan dan mau main sama2 lagi..
    hanya 1x kan kejadianny..
    seterusnya bisa dikomunikasikan sama gurunya untuk lebih diperhatikan lagi..
    semoga dija bisa nyaman lagi yaa di sekolah..

    ReplyDelete
  18. Susah ya mb bikin anak mau cerita. Biasanya sewaktu sambil bermain aku tanya-tanya, dan terkadang pas sebelum tidur terkadang aku cerita yg inti ceritanya kl ada masalah harus segera diselesaikan, misal mainannya direbut, ada teman yg sukanya ambil mainan kita, semacam itulah mb...Semoga Dija mau cerita ..Kasihan jadinya kl dipaksa harus sekolah juga...

    ReplyDelete
  19. Dija disemangatin trs mba, dibesarkan hatinya...klo perlu si anak yg mukul diajak ngobrol brg Dija juga trs disuruh baikan lagi

    ReplyDelete
  20. wadoh..kok sampai trauma berat dija?
    dulu pernah ada kejadian anak nakali ikhsan di sekolah, aku udah omong sama gurunya tapi kurang mantap rasanya trus akhirnyaanaknya aku deketin sambil aku gandeng pas sebelum masuk . Aku kasih tahu anak itu. Trus aku kasih makanan dan bilang makanan itu dari ikhsan, jadi jangan nakali ikhsan lagi. Eh, selanjutnya semuanya aman...

    ReplyDelete
  21. puk puk Tante Elsa, gimana... Dija udah baikan sekarang?
    guru anakku juga pernah cerita seperti itu, Inot gak keliatan sedih sih kalau berangkat sekolah, semua biasa aja... tapi kata bu guru, di kelas Inot cenderung murung, gak ceria. setelah lama diajak bicara baru deh ngaku kalau ada 1 temennya 'agak nakal' gitu
    trus Inot juga pernah diminta uang saku nya, kulaporin ke gurunya, dan anak yang minta itu diajak ngomong sama gurunya. syukurlah sekarang enggak lagi.

    menurutku anak itu memang harus diajak bicara sama ibu guru, kasihan anak itu juga kalau dibiarkan

    ReplyDelete
  22. Sabar ya tante Elsa..
    Yuk Dija sayang semangat sekolah lg yuk..

    ReplyDelete
  23. masalah spt ini memang susah mbak Elsa.. krn melibatkan anak lain dgn orangtua lain...

    vania di sekolah terdahulunya juga pernah trauma, bukan krn vania yg dipukul, tapi dia melihat temannya dipukul... dia jg takut..

    semoga Dija baik2 saja

    ReplyDelete
  24. Lagi ngunjungin Dija tertarik baca postingan yang ini.
    Ya ampun sedih banget aku ngebayanginnya. Dija hatinya mungkin sensitif banget dan perasa, jadi saat kejadian kayak gitu langsung trauma.

    Semoga di TK ini ga kejadian2 kayak gini lagi ya..

    ReplyDelete

Terima kasih yaa.. sudah sayang sama Dija...